Gunung Putri Tidur, atau yang semestinya bernama Pegunungan Putri Tidur, pasti tidak asing lagi bagi masyarakat Malang. Jika nampak dari Malang, Pegunungan tersebut terlihat pada horizon sebelah selatan, dan posisinya memanjang dari selatan ke barat daya.
Gunung Putri Tidur
Seperti namanya, gunung ini berbentuk seorang putri yang tertidur dengan posisi telentang, posisi kepalanya menghadap keatas dengan rambut terurai ke belakang. Siluet tersebut merupakan kumpulan dari tiga gunung yaitu Gunung Butak yang membentuk kepalanya, Gunung Kawi membentuk dada atau tangan bersedekap, dan Gunung Panderman membentuk kaki. Penampakannya sangat jelas terlihat dari Kota Malang dan beberapa wilayah Kabupaten Malang sebelah utara.
Penampakan sosok manusia yang tidur yang sempurna dari rambut hingga kaki memang terbilang langka dan berbeda dengan daerah atau belahan dunia lain. Umumnya, penampakan alam berbentuk manusia hanya berupa bagian kepala saja. Seperti penampakan legenda kepala Indian (Spanyol), Dewa Zeus (Yunani) dan lain sebagainya.
Satu lagi yang membedakan Gunung Putri Tidur di Malang dengan daerah lain adalah soal cerita rakyat. Karena tidak ada cerita dongeng apapun tentang adanya putri tidur tersebut. Nama Putri Tidur sudah ada sejak dulu tanpa ada dongeng yang menyertainya.
Landmark Zaman Belanda
Keindahan Putri Tidur akan terlihat jika cuaca baik dan cerah, pegunungan yang menjadi pemandangan bagi masyarakat Malang ketika berangkat dan pulang bekerja. Sebab, pagi hari matahari dari ufuk timur mampu membuka embun yang membuat pemandangan sang Putri terlihat jelas. Begitupun di sore hari, saat matahari akan terbenam sekitar pukul 16.00.
Sejak zaman Kolonial Belanda, adanya siluet ini benar-benar dimanfaatkan. Bahkan arsitek Belanda Herman Thomas Karsten dengan detail menjadikan pemandangan ini sebagai landmark. Salah satu contohnya adalah saat ia mulai membangun Perumahan dan Jalan Ijen untuk warga Belanda yang punya background Putri Tidur.
Saat ini Putri Tidur hanya bisa nampak pada kawasan persawahan saja, sementara dari tengah kota siluetnya lebih sulit untuk dilihat karena adanya bangunan yang tinggi ataupun papan reklame yang sudah menjamur.
Jika tidak ada dongeng dalam Gunung Putri Tidur, berbeda dengan kisah gunung satu ini. Baca: Kraton Gunung Kawi, Pertapaan Raja-Raja Tanah Jawa