Jika Anda pergi ke Blitar menggunakan bis atau kendaraan pribadi, dipastikan akan bertemu dengan Bendungan Karangkates. Bendungan ini berada di Sumberpucung, Malang. Terlihat jelas di pinggir jalan yang menghubungkan Blitar dan Malang.
Bendungan ini biasa disebut Bendungan Sutami. Dibangun oleh Pemerintah Indonesia dari tahun 1961 sampai tahun 1972 dengan konsultan disain Nippom Koei. dengan menelan biaya sebesar $37,97 juta atau di masa itu sekitar Rp10 milyar.
Bendungan ini berasal dari aliran air Sungai Brantas yang mengalir dari kaki Gunung Arjuno wilayah Batu dan juga air hujan. Saat ini, kondisi air di Bendungan seperti bertambah keruh dan kotor karena polusi. Hal ini menyebabkan beberapa tahun yang lalu banyak ikan di Bendungan ini yang mati karena kekurangan oksigen.
Dari keterangan yang didapat oksigen yang menipis itu merupakan dampak dari polusi limbah cair berbahaya yang berasal dari deterjen dan limbah industri yang merangsang berkembang biaknya tumbuhan algae.
Terlepas dari masalah itu, Bendungan yang punya luas sekitar 6 hektar ini didisain bisa mengendalikan banjir dengan pengaturan aliran air. Debitnya sangat besar sehingga mampu mengaliri 34.000 hektar sawah di wilayah hilir sepanjang tahun. Selain itu, Bendungan ini juga menjadi PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dengan daya sebesar 488 juta kWh/tahun.
Di sekitarnya, banyak tempat yang biasa digunakan sebagai sarana rekreasi keluarga seperti tempat pemancingan, lapangan tenis, lapangan golf, berkemah, hingga taman bermain anak-anak.
Pada bulan Agustus 2014 terjadi keretakan di Bendungan ini, namun dinyatakan masih aman bagi kegiatan operasional Perum Jasa Tirta I dan penduduk sekitar.
Corporate Secretary Perum Jasa Tirta I Ulie Mospar Dewanto mengatakan retakan di jalan beraspal sepanjang 820 meter itu tampak di sejumlah titik. Bila disatukan, panjang retakan sekitar 70 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Kedalaman retakan ini masih jauh dari inti bendungan setinggi 97,5 meter itu.
Keretakan jalan tersebut dapat diatasi dengan melakukan penyuntikan dan pengaspalan. Pengawasan kondisi fisik bendungan dilakukan secara menyeluruh dan intensif. Sebuah alat deteksi dipasang untuk mengantisipasi ancaman retakan menjadi lebih lebar dan luas.
Agar seluruh proses penambalan lancar, Jasa Tirta I melarang semua kendaraan melintas. Selama ini, jalan bendungan menjadi akses tercepat untuk mencapai wilayah Kecamatan Sumberpucung dan Kecamatan Kalipare. Masyarakat bisa menghemat waktu 20 menit bila melewati jalan itu dibanding melintasi jalan biasa di bawah bendungan. Namun untuk saat ini kondisi bendungan sudah kembali membaik.