Malang memang kaya budaya, mulai dari kampung arab hingga pecinan, semua ada. Seperti pada daerah-daerah lain se Indonesia, kampung pecinan adalah wilayah yang memiliki mayoritas penduduk berketurunan etnis Tionghoa. Tak hanya di Indonesia, kampung pecinan juga ada di luar negeri, mereka biasa disebut China Town.
Kampung pecinan Malang sendiri merupakan keinginan pemerintah kolonial yang memusatkan jenis-jenis masyarakat tertentu dalam satu wilayah. Aturan ini muncul pada tahun 1816 dengan nama Passenstelsel.
Kemudian pada 1836 ada aturan yang terbilang cukup rasis yang bernama wijkenstelsel, yaitu sebuah aturan yang memaksa etnis tertentu untuk tinggal pada wilayah tertentu. Aturan ini lahyang kemudian menciptakan daerah seperti kampung pribumi, kampung Arab, kampung Belanda dan tentu saja kampung Tionghoa se-Indonesia.
Kampung Pecinan Malang
Perkembangan masyarakat Tionghoa Malang mulai pada tahun 1760 saat belum ada aturan pengelompokan. Saat ini bberapa penuduk Tiongkok mulai pergi berkelana, namun jumlahnya tidak banyak.
Mengutip dari Radar Malang, perkampungan pecinan Malang terdapat enam suku berbeda yaitu Suku Hok Ciu, Suku Hokkian, Suku Khek atau Hakka, Suku Hing Hua, Suku Kwantung, dan Suku Hupri. Dari enam suku ini, setiap suku mempunyai spesialis usaha masing-masing.
Dalam kampung Pecinan sendiri, keenam keturunan ini masih ada hingga kini dan terus mewarisi usaha nenek moyang mereka. Keturunan Tionghoa dari berbagai suku ini hidup rukun berdampingan. Spesialisasi itu sendiri merupakan bawaan dari negeri Tiongkok.
Sekitar tahun 1920, Pasar Besar mulai dibangun di daerah Pecinan yang memakan waktu empat tahun. Pada 1924, pasar ini resmi buka dan menjadi pasar induk pertama milik pemerintah Belanda. Saat itu hanya ada 20 stan yang terdiri dari toko bahan kelontong, sayur dan buah, daging dan ikan, serta toko pakaian.
Seiring dengan perkembangan Kota Malang, masyarakat Cina bergeser ke wilayah yang dekat dengan Pasar Besar. Apalagi masyarakat tersebut kebanyakan bekerja sebagai pedagang sehingga bisa berkembang untuk meningkatkan kondisi perekonomian Kota Malang.
Saat ini batas Pecinan dengan perkampungan pribumi sudah semakin kabur karena pertumbuhan perekonomian pada kawasan sekitarnya. Lingkungannya kini berubah dari hunian menjadi kawasan perdagangan dengan bangunan-bangunan berupa ruko.
Memiliki kondisi yang hampir sama, wilayah satu ini juga bentuk pengelompokan etnis. Baca: Embong Arab Malang dan Cerita di Baliknya