Jepang, salah satu negara yang pernah menjajah di Indonesia. Tidak heran, jika beberapa peninggalannya masih ada di Indonesia, tak terkecuali di Malang. Satu peninggalan yang menarik yaitu Kuil Shinto. Kuil yang biasa disebut Jinja ini adalah sebuah tempat beribadah yang digunakan penganut agama Shinto, agama asli Jepang.
Kadatangan Jepang bermula ketika Belanda yang sebellumnya menjajah Indonesia telah menyerah tanpa syarat pada 1942. Belanda harus menyrahkan wilayah kekuasaannya pada Jepang karena telah kalah dalam peperangan. Indonesia, termasuk Malang, menjadi salah satu wilayah yang kemudian diambil alih kekuasaannya oleh Jepang. Selama pendudukan Jepang di Indonesia, setidaknya antara tahun 1942-1945, dikabarkan para tentara sempat membangun beberapa jinja sebagai tempat ibadah mereka.
Informasi keberadaan Jinja di Indonesia tersebar di Negeri Matahari dari mulut para mantan tentara Jepang yang bertugas dan tinggal di Malang. Hal ini kemudin menarik tiga sejarawan Jepang untuk menelitinya lebih lanjut. Ialah Inamiya Yasuto (Fotografer), Tsuda Yoshiki dari Kanagawa University, dan Nakajima Michio dari Japanese Folk Culture yang datang ke Indonesia pada Maret 2017 silam. Ketiganya ingin membuktikan kebenaran cerita para mantan tentara Jepang sempat mendirikan beberapa Jinja di Indonesia, yang salah satunya ada di Malang.
Ching Nan Jinja
Menurut Nakajima, Jinja sendiri dibangun oleh militer Jepang sebagai bentuk kekuasaan tertinggi dari kaisar yang saat itu disebut sebagai keturunan dari Ameterasu Omikami atau Dewa Matahari yang merupakan dewa tertinggi dalan ajaran Shinto. Sekitar 1600 Jinja dibangun di luar Jepang, dan 11 diantaranya ada di Indonesia. Salah satu Jinja yang ada di Malang bernama Ching Nan Jinja.
Diperkirakan, Ching Nan Jinja itu dibangun di tempat di mana sekarang berdiri bangunan Politeknik Kesehatan (Poltekkes Malang. Tempat tersebut dulunya merupakan lapangan pacuan kuda atau Jalan Bengawan Solo. Jinja yang namanya punya arti ‘menguasai kawasan selatan atau menguasai negara-negara di selatan Jepang’ itu diperkirakan dibangun sesaat setelah Jepang masuk ke Malang.
Ditemani Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan Dinas Pariwisata Kota Malang, Nakajima dan kedua rekannya tak hanya menelusuri keberadaan Ching Nan Jinja. Mereka juga mengunjungi tempat-tempat lainnya yang disinyalir pernah menjadi tempat pemerintahan masa penjajahan Jepang di Malang. Seperti SMK YPK Bina Cendekia di Jalan Semeru, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, yang merupakan Kampeitai atau Kantor Satuan Militer yang ditempatkan di daerah jajahan. Dulunya, bangunan di sebelahnya juga digunakan untuk Gedung Propaganda, kalau sekarang mungkin semacam BPPD-nya Jepang.
Setelah melakukan pengumpulan bukti dan pengamatan langsung, Nakajima menyimpulkan bahwa kabar keberadaan kuil Shinto di Kota Malang memang benar. Tepatnya, Ching Nan Jinja berada di seberang utara Jalan Pahlawan Trip yang dulu merupakan asrama Brimob.
Menurut seorang arkeolog yang juga Dosen di Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, Kuil ini berada di seberang utara jalan Pahlawan Trip, dulunya asrama Brimob, kini jadi areal permahan elit atau selatan Poltekes. Kuilnya menghadap selatan. Pada akhir tahun 1954 atau awal tahun 1946 kuilnya dibakar.
Baca juga: Vihara Dewi Kwan Im, Ikon Gunung Kawi yang Pernah Terbakar