Freemason di Malang pernah hadir untuk meramaikan pergerakan organisasi tersebut di Indonesia. Salah satu peninggalannya ada pada loji di Jalan Cerme.
Loji berasal dari kata Belanda Loge yang artinya adalah gedung yang besar. Nama Klojen yang menjadi salah satu kecamatan di Kota Malang berasal dari ‘Kelojian’ yang artinya adalah pusat dari gedung-gedung besar.
Di sisi lain, banyak sekali gedung-gedung di Malang yang kemudian punya nama awal Loji, salah satunya tentu saja gedung yang digunakan oleh organisasi freemason.
Di Indonesia, freemason hadir di Jakarta pada tahun 1767 dengan tanda bangunan loji La Fidele Sincerite. Kemudian secara cepat ajaran ini berkembang di kota lain. Awalnya freemason berkembang dengan anggota dari warga negara eropa saja. Namun, lambat laun banyak juga warga Indonesia yang bergabung.
Dalam buku ‘Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962’ karya Dr. Th. Steven, dijelaskan misi organisasi ini adalah, ‘Setiap insan Mason bebas mengemban tugas, dimana pun dia berada dan bekerja, untuk memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antar manusia’
Salah satu peninggalan kelompok Freemanson yang masih bisa dilihat sekarang di Malang adalah Hotel The Salimar yang berada di Jalan Cerme No. 16, Hotel yang dulu bernama Hotel Graha Cakra ini merupakan loji yang dibangun oleh Ir. Mulder dan diresmikan pada 1933.
Gedung yang ada di Jalan Cerme menggunakan gaya bangunan nieuwe Bouwen yang berciri atap lurus dan bodi bangunan berbentuk kubu sini juga sempat menjadi gedung Societ bagi bangsa Belanda untuk mengadakan pertemuan.
Pada tahun 11 September 1964, gedung ini diresmikan menjadi tempat untuk Radio Republik Indonesia (RRI) Malang. Kemudian saat RRI pindah ke Jalan Candi Panggung, kepemilikannya beralih dan menjadikannya hotel yang diberi nama Malang Inn. Kemudian berubah lagi menjadi Graha Cakra dan kemudian menjadi the Shalimar Hotel.
Selain di Jalan Cerme, sebenarnya masih ada gedung freemason yang lain, contohnya ada di Jalan Welirang hingga yang ada di Kebalen. Sayang dua gedung itu tidak banyak referensinya.
Di sisi lain, Freemasonry pada masa sekarang dikenal sebagai gerakan konspirasi dunia yang rahasia. Tetapi menurut sumber lain dikatakan jika freemason yang ada di Indonesia adalah organisasi kemanusiaan Internasional yang banyak berkecimpung pada aksi sosial.
Organisasi yang legal pada Pemerintah Hindia Belanda ini kemudian dilarang pada Pemerintah Sukarno melalui Keputusan Presiden nomor 264 tahun 1962 karena berkaitan dengan manifesto politik sang Presiden.