Walikota Malang, Sutiaji menggelar doa bersama untuk arwah korban Kanjuruhan Disaster 2, Kamis (6/10/2022) malam. Harapannya, semua bisa menjaga citra baik Kota Malang ke depannya.
Dalam kesempatan tersebut, perwakilan pemain Arema turut bergabung dalam kegiatan tersebut. Tampak ada para pemain asing Arema, seperti Adilson Maringa, Renshi Yamaguchi, dan Sergio Silva.
Menurutnya, kegiatan itu merupakan bentuk rasa duka yang mendalam untuk para korban dan keluarga yang ditinggalkan. Duka mereka juga dirasakan oleh seluruh warga Kota Malang.
“Pada 1 Oktober mereka dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa, dalam hitungan menit, bukan dalam hitungan jam. 130 nyawa bukan jumlah yang sedikit untuk sepak bola, ini tidak ada kerusuhan, tidak geger antar suporter, yang perlu kami sampaikan bahwa ini adalah musibah,” kata Sutiaji.
Meski Menjadi Korban Kanjuruhan Disaster 2, Malang Tetap Cinta Damai
Sutiaji menegaskan, warga Malang tetaplah cinta damai. Tak ada warga yang menghendaki terjadinya Kanjuruhan Disaster 2.
Bukti nyatanya, menurutnya kemarin di lokasi kejadian ada mobil Pajero berplat L di depan (kendaraan polisi) yang dibakar. Namun, mobil itu tidak diutak-atik oleh suporter Arema.
“Mobil plat L itu tidak disentuh sama sekali oleh mereka. Itu menunjukkan bahwa kita tidak beringas,” imbuh pria asal Lamongan itu.
Stadion Menjadi Tempat Nyaman Buat Keluarga Pecinta Sepak Bola
Sutiaji merasa selama ini tribune stadion di Malang menjadi tempat yang nyaman bagi para keluarga pecinta sepak bola. Harapannya, Kanjuruhan Disaster 2 tak mengubah mindset warganya terkait hal ini.
Buktinya, dalam deretan korban Kanjuruhan Disaster 2 terdapat anak-anak yang meninggal. Usia mereka sekitar empat tahun, bahkan ada yang masih beum genap satu tahun.
“Mereka yang meninggal dunia itu banyak yang masih usia anak-anak. Mereka diajak nonton bola karena kedua orang tuanya gila bola. Itu membuktikan bahwa selama ini yang namanya sepak bola menjadi tontonan yang menghibur, tontonan keluarga,” sambungnya.
“Itu artinya, Malang jangan dicitrakan sebagai kota yang tidak cinta bola, karena tua-muda, kalau bicara Arema sudah mengerti semua. Ini menunjukkan sepak bola menjadi sebuah entitas di Kota Malang.”