Gunung Bromo, salah satu destinasi wisata pilihan yang memiliki pesona tersendiri bagi wisatawan. Mungkin tidak banyak yang tahu mengenai sejarah terbentuknya Pasir Berbisik Bromo yang kini menjadi tujuan utama berwisata ke sini, ternyata ceritanya lekat dengan kisah cinta segitiga. Ialah Roro Anteng, Joko Seger, dan Kyai Bima yang menjadi tokoh utamanya.
Roro Anteng
Cerita bermula ketika seorang Raja Majapahit meninggalkan kerajaan bersama permaisurinya karena kalah oleh putranya sendiri. Keduanya pergi ke sebuah lereng Gunung Brahma, yang kini populer dengan Gunung Bromo. Mereka kemudian berhenti, berteduh, dan membangun sebuah rumah sederhana.
Setelah beberapa lama, permaisuri raja ini kemudian melahirkan seorang putri. Berbeda dari bayi pada umumnya, saat lahir putri kecil ini tidak menangis. Oleh karena sifat tenang dan pendiamnya itu, maka sang raja dan permaisuri sepakat memberi nama putrinya Roro Anteng. Kata anteng dalam Bahasa Jawa berarti tenang, kokoh, atau tentram.
Tak jauh dari rumah Roro Anteng, tinggalah seorang brahmana dan istrinya. Pada saat yang bersamaan, istri sang brahmana juga melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Joko Seger. Roro Anteng tumbuh menjadi gadis cantik, pun dengan Joko Seger yang tumbuh menjadi pemuda tampan. Keduanya pun saling jatuh cinta.
Kyai Bima
Roro Anteng yang tumbuh menjadi gadis cantik dan mempesona, memikat banyak hati lelaki lain. Banyak putra-putra raja yang terpikat, bahkan pria-pria yang sakti mandraguna sekalipun. Salah satunya adalah Kyai Bima, seorang raksasa yang tinggal di lereng Gunung Bromo. Ia kepincut pada kecantikan Roro Anteng dan bermaksud meminangnya.
Roro Anteng yang sudah teranjur jatuh cinta pada Joko Seger pun berusaha menolak pinangan Kyai Bima. Ia pun memberikan syarat pada Kyai Bima agar dibuatkan sebuah lautan di tengah-tengah gunung dalam waktu semalam.
Tanpa pikir panjang, Kyai Bima menyetujui syarat itu dan dengan sebatok kelapa beserta kesaktiannya Kyai Bima hampir selesai membuat persayaratan Roro Anteng. Melihat Kyai Bima dapat dengan mudah membuat permintaannya, Roro Anteng pun mulai gelisah dan takut. Akhirnya, ia pun memukul-mukul alu agar ayam-ayam bangun dan berkokok.
Tindakan Roro Anteng ternyata tidak sia-sia, ayam-ayam pun bangun, berkokok dan saling bersahutan seakan-akan pagi telah menyingsing. Melihat hari yang hampir pagi, Kyai Bima emosi, kesal, dan marah. Ia melempar batok kelapa hingga batok itu jatuh terlungkup tepat di samping Gunung Bromo dan berubah jadi sebuah gunung yang kini bernama Gunung Batok.
Kegagalan lautan oleh Kyai Bima kini terkenal dengan nama Pasir Berbisik alias lautan pasir Gunung Bromo.
Gunung Bromo juga lekat dengan masyarakat Tenggernya. Sudah tahu kisah tentang upacara Yadnya Kasada? Baca juga: Yadnya Kasada Masyarakat Tengger, Begini Asal Usulnya