Program pembangunan dari pemerintah Malang agaknya terbilang cukup sukses. Lihat saja salah satu fasilitas umum Kota Malang yakni Alun-alun Merdeka alias Alun-alun Kota Malang. Sudah ada sejak kerajaan Singhasari, kini Alun-alun ini menjadi jujukan tempat berwisata atau sekedar bersantai bersama keluarga.
Dalam sejarahnya, keberadaan Alun-alun Malang ini memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Malang. Jika menarik kembali perkembangan tempat ini, kita dapat membaginya dalam empat periode: kerajaan, penjajahan, sebelum revitalisasi dan setelah revitalisasi.
Alun-alun Malang Zaman Kerajaan
Tempat ini nyatanya sudah ada dari zaman kerajaan, lebih tepatnya pada saat berjayanya kerajaan Singhasari. Keberadaan Alun-alun tidak hanya menjadi tanah lapang biasa, namun menjadi sebuah halaman ibukota negara Kadipaten. Tempat ini pun menjadi sakral karena masyarakat yakin bahwa Alun-alun ini menggambarkan hubungan simbolisasi raja (yang dianggap keturunan Dewa) dan masyarakat yang “menyembahnya”.
Selain itu, nilai spiritualitas juga tergabar dari adanya bangunan masjid dalam area Alun-alun. Adanya tempat beribadah ini tentu menjadi bukti keyakinan masyarakat Jawa bahwa mereka ingin hidup seimbang, antara kehidupan materil dan spiritual.
Zaman Penjajahan
Kemudian pada masa penjajahan, tempat ini berperan tak kalah penting dari sebelumnya. Setelah kalahnya pasukan Suropati di Pasuruan pada tahun 1707, kota Malang menjadi kota administrasi yang sebelumnya menjadi kota agraris. Sekitar alun-alun terjadi pembangunan yang pesat, sehingga ada gereja, kantor bank, rumah-rumah pejabat daerah dan pemukiman lainnya.
Zaman Modern Sebelum Revitalisasi
Setelah zaman penjajahan, Malang mulai memasuki periode odern, yakni Alun-alun Malang sebelun revitalisasi. Saat ini, tempat ini sudah berfungsi sebagai tempat rekreasi dan hiburan yang murah meriah. Dahulu, topeng monyet menjadi daya tarik utama alun-alun ini. Sayangnya, selain ramai oleh pengunjung, Pedagang Kaki Lima (PKL) ikut memenuhi tempat ini. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa nyaman saat berkunjung atau bersantai.
Setelah Revitalisasi
Beberapa tahun keudian, Alun-alun Malang kembali mengalami pembangunan. Tempat ini kini menjadi tempat yang nyaman karena PKL tidak boleh lagi berjualan dalam Alun-alun. Tak hanya itu, fasilitasnya semakin memanjakan pengunjung yang datang sendirian maupun bersama keluarga.
Terdapat sebuah playground untuk anak-anak bermain secara gratis. Orang tua yang ingin duduk-duduk bersantai pun dapat memanfaatkan kursi taman yang telah berjejer sedemikian rupa. Selain itu, terdapat atraksi air mancur yang beraksi saat waktu-waktu tertentu. Jika Anda salah satu orang penyayang binatang, tempat ini juga menawarkan sensasi memberi makan burung dara atau merpati. Beberapa sudutnya pun menarik untuk digunakan sebagai latar belakang berfoto.
Menarik sekali, ya!
Penasaran dengan wajah Alun-alun Malang tempo doeloe? Cek artikel ini: Potret Alun-alun Malang Tahun 1980-an