Sumberayu merupakan salah satu dusun di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Ternyata ada kisah tragis seorang putri bernama Roro Sloro Ireng di balik asal usul penamaan daerah tersebut.
Roro Sloro Ireng merupakan putri dari Raden Prawiro Astro yang dikenal sebagai ‘penemu’ Desa Pamotan. Raden Prawiro Astro memimpin sekelompok penggawa dari Kerajaan Mataram yang berjumlah 64 orang hijrah ke wilayah timur pada tahun 1011, tepatnya di hari Selasa Legi. Roro Sloro Ireng sendiri bukanlah satu-satunya putri Raden Prawiro Astro. Ia adalah bungsu dari tiga bersaudara. Dua saudaranya yang lebih tua yang juga sama-sama perempuannya adalah Roro Wening Sari dan Roro Krendo.
Alkisah, rombongan pimpinan Raden Prawiro Astro ini menemukan Desa Pamotan dan beberapa tempat lainnya di desa tersebut, melalui jalur utara. Setelah itu, mereka menemukan Gunung Pecel Pitik dan Gunung Sumuk di wilayah selatan. Dalam perjalanan babat alas ke selatan tersebut, ketiga putri Raden Prawiro Astro yang ikut rombongan menjumpai sebuah mata air kecil (sumber air) yang jernih sekali. Namun, setelah itu, Roro Sloro Ireng mendadak sakit dan meninggal dunia. Jasadnya pun dimakamkan di tempat itu pula.
Setelah putri tercintanya itu meninggal, Raden Prawiro Astro melakukan samadi untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Selain penamaan Gunung Sumuk, samadi itu pun menghasilkan wangsit untuk menamai tempat meninggalnya Roro Sloro Ireng dengan sebutan Sumberayu. Nama ini sesuai dengan betapa jernihnya sumber yang ditemukan oleh ketiga putrinya, yang juga sepadan dengan paras wajah Roro Sloro Ireng yang cantik jelita.
Sumberayu merupakan salah satu dusun di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Ternyata ada kisah tragis seorang putri bernama Roro Sloro Ireng di balik asal usul penamaan daerah tersebut.
Roro Sloro Ireng merupakan putri dari Raden Prawiro Astro yang dikenal sebagai ‘penemu’ Desa Pamotan. Raden Prawiro Astro memimpin sekelompok penggawa dari Kerajaan Mataram yang berjumlah 64 orang hijrah ke wilayah timur pada tahun 1011, tepatnya di hari Selasa Legi. Roro Sloro Ireng sendiri bukanlah satu-satunya putri Raden Prawiro Astro. Ia adalah bungsu dari tiga bersaudara. Dua saudaranya yang lebih tua yang juga sama-sama perempuannya adalah Roro Wening Sari dan Roro Krendo.
Alkisah, rombongan pimpinan Raden Prawiro Astro ini menemukan Desa Pamotan dan beberapa tempat lainnya di desa tersebut, melalui jalur utara. Setelah itu, mereka menemukan Gunung Pecel Pitik dan Gunung Sumuk di wilayah selatan. Dalam perjalanan babat alas ke selatan tersebut, ketiga putri Raden Prawiro Astro yang ikut rombongan menjumpai sebuah mata air kecil (sumber air) yang jernih sekali. Namun, setelah itu, Roro Sloro Ireng mendadak sakit dan meninggal dunia. Jasadnya pun dimakamkan di tempat itu pula.
Setelah putri tercintanya itu meninggal, Raden Prawiro Astro melakukan samadi untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Selain penamaan Gunung Sumuk, samadi itu pun menghasilkan wangsit untuk menamai tempat meninggalnya Roro Sloro Ireng dengan sebutan Sumberayu. Nama ini sesuai dengan betapa jernihnya sumber yang ditemukan oleh ketiga putrinya, yang juga sepadan dengan paras wajah Roro Sloro Ireng yang cantik jelita.