Ken Arok, seorang tokoh kenamaan yang dikenal sebagai raja pertama kerajaan Singhasari. Sebagai Raja dan kisahnya lekat dengan sejarah Desa Ngijo, Malang, menarik untuk menelisik silsilah keluarga, terlebih mengenai ayah Ken Arok. Beberapa versi dikemukakan para ahli mengenai hal ini, salah satu pembahasannya sebagai berikut.
Berasal dari Kalangan Brahma
Seperti yang diketahui, agama Hindu menjadi kepercayaan di masa itu. Salah satu sistem yang berkembang di masyarakat yakni sistem catur warna. Catur warna adalah sistem kasta yang membagi masyarakat menjadi 4 tingkat, yakni brahma, ksatria, waisya, sudra. Dalam hal ini, berdasarkan kitab Pararaton, ayah Ken Arok berasal dari kasta tertinggi yakni kalangan Brahma.
Seorang ahli epigrafi, Boechori, menduga bahwa seorang Brahma yang dimaksud adalah Tunggul Ametung, seorang akuwu (setara camat) dari daerah Tumapel. Ia menjelaskan bahwa Ken Arok merupakan anak dari Ken Endok dan Tunggul Ametung yang telah melakukan perbuatan tidak pantas.
Akuwu Tunggul Ametung
Terdapat beberapa alasan yang memperkuat pernyataan bahwa ayah Ken Arok adalah Tunggul Ametung.
Yang pertama, jika Ken Arok adalah anak hasil perbuatan tidak pantas, maka pelaku seharusnya dikenai sanksi hukum. Tidak tanggung-tanggung, hukuman yang berlaku adalah hukuman mati. Bahkan suami wanita yang diperlakukan tidak senonoh memiliki hak untuk membunuh sang pelaku. Namun pada kenyataannya, tidak ada sanksi hukum dikenakan pada ayah Ken Arok.
Maka diduga, Tunggul Ametung adalah benar pelakunya. Seorang Brahma yang memiliki kekuasaan di Tumapel tentu memiliki keistimewaan tersendiri di bawah hukum. Bahkan kabarnya, dengan kekuasaan yang ia miliki, ia dapat merebut wanita manapun yang ia sukai.
Ken Dedes
Kedua, dengan sistem catur warna yang dianut pada masa itu, sulit bagi kasta sudra dan waisya untuk bisa mendapat dukungan kasta brahma. Namun berbeda dengan Ken Arok, atas bantuan Lohgawe, seorang brahmana dari India, ia dapat mengabdi pada Tunggul Ametung. Terlebih dengan ulah Ken Arok yang sering berbuat ulah di daerah Tumapel, menjadi pengabdi Akuwu merupakan hal yang cukup mustahil.
Lohgawe pernah menyebut bahwa Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, akan melahirkan anak-anak yang akan menjadi raja di tanah Jawa. Ken Arok pun tertarik untuk memperistri Ken Dedes. Untuk mendapatkannya, Ken Arok terlebih membunuh Tunggul Ametung. Alasan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung selain karena tertarik dengan Ken Dedes sendiri, juga karena menyangkut hak warisnya sebagai anak Tunggul Ametung.
Ken Arok membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris yang ia pesan pada Mpu Gandring. Sebuah cerita yang lekat dengan sejarah Desa Ngijo.
Setelah Tunggul Ametung mati terbunuh, Ken Arok pun berhasil menguasai Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Saat itu, Ken Dedes sedang hamil anak dari Tunggul Ametung.
sumber : kompasiana, historia
Baca Juga: Dua Raja Pertama di Kerajaan Singhasari
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.