Penelitian dan pengembangan mengenai makhluk hidup masih terus berlanjut. Tak terkecuali pengembangan mengenai bakteri yang menempel pada tubuh hewan. Salah satu hasil pengembangan tersebut yaitu bioluminescene pada cumi-cumi yang dapat menjadi sumber cahaya lampu biolie.
Sebelumnya, pengertian dari bioluminescene sendiri adalah makhluk hidup yang menghasilkan cahaya sendiri. Berangkat darisana, tiga mahasiswa Universitas Brawijaya memanfaatkannya menjadi lampu biolie. Mereka adalah Elok Fitriani Tauziat, M. Alfian Arifin, Nurhasna Fauziyyah yang berasal dari fakultas yang sama, FPIK (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan).
Alasan mereka membuat lampu ini yaitu karena mereka ingin ikut andil dalam mengatasi krisis energi listrik nusantara. Kini, kebutuhan listrik semakin meningkat sedangkan pasokan listrik untuk memenuhinya masih kurang.
Tiga mahasiswa ini membuat lampu biolie dengan cara mengisolasi bakteri bioluminescene dari tubuh cumi-cumi terlebih dahulu. Kemudian bakteri yang memancarkan warna biru ini dikultur terlebih dahulu. Lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai konsentrasi yang diinginkan.
Lampu Biolie
Biasanya, konsentrasi dalam satu biolie mencapai 4.6 x 109 colony forming units/mililiter. Untuk komposisi biolie sendiri yaitu terdiri dari lensa mika, serbuk kayu padat, dan aerator (penghasil gelembung udara).
Bila lampu lain membutuhkan asupan daya listrik untuk terus bertahan, maka lampu biolie yang berbasis bakteri ini cukup dengan pemberian nutrisi. Nutrisi ini terkandung pada fermentasi bahan-bahan organik.
Caranya yaitu dengan mencampur sayuran yang sudah dicacah halus dengan kecap, gula, dan EM4 (bakteri mikroba hasil dari fermentasi perubahan zat glukosa menjadi bakteri). Setelah itu, keringkan camputan tersebut.
Dengan pemberian nutrisi ini lah bakteri dapat terus menghasilkan indukan baru. Yang mana, bakteri lama akan mati dan apat tergantikann oleh indukan baru tersebut untuk dapat terus menyalakan lampu biolie.
Keuntungan
Tak hanya hemat dan tahan lama, lampu biolie juga menawarkan beberapa keuntungan. Lampu ini tidak menghasilkan panas seperti lampu pada umumnya dan penggunaannya cukup mudah. Untuk menggunakannya, hanya perlu meletakkan lampu ini di atas meja, dinding, lemari, atau tempat lainnya.
Satu lampu ini mampu menghasilkan daya sebesar 10.68 Watt. Besarnya daya ini sebanding dengan banyaknya bakteri bioluminescene yang ada dalam lampu Dengan kata lain, semakin banyak bakteri, maka daya lampu akan semakin besar.
Mahasiswa Universita Brawijaya punya inovasi apa lagi ya? Baca ini: Mahasiswa Univeritas Brawijaya Ciptakan Alat Pemantau Kolam Ikan Koi