Warga asli Malang pasti tidak asing lagi dengan Boso Walikan alias Osob Kiwalan. Seperti bakso dan apel, Boso Walikan juga menjadi salah sayu ciri khas Malang yang melekat. Beberapa Boso Walikan yang sudah sering didengar seperti, oyi sam (iya mas), ker (rek), dan masih banyak lagi.
Dengan kepopuleran Boso Walikan ini, apakah sudah banyak yang tahu tentang sejarahnya? Siapa orang pertama yang menciptakan dan menggunakan bahasa ini?
Sejarah Boso Walikan
Asal muasal terciptanya Boso Walikan ini adalah sebagai alat komunikasi antar sesama pejuang serta sebagai identitas mengenali lawan atau kawan. Mengutip dari Ngalam.co Boso Walikan Malang ini dimulai pada saat jaman perjuangan Gerilya Rakyat Kota (GKR). Hal ini berdasarkan dari penuturan Pengamat sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono.
Dengan banyaknya pribumi yang saat itu menjadi mata-mata Belanda membuat komunikasi dengan Bahasa Jawa menjadi berbahaya dan riskan. Para mata-mata itu akan paham dengan pembicaraan para pejuang jika menggunakan Bahasa Jawa. Oleh sebab itu, para pejuang beirinisiatif menciptakan Boso Walikan untuk mengelabui mata-mata sekaligus meminimalisir bocornya strategi perjuangan.
Meskipun penggunaan katanya yang dibalik-balik, namun Boso Walikan bukanlah bahasa sandi. Hal ini karena bahasa ini masih tetap menggunakan bahasa yang lazim, hanya cara membacanya saja yang diubah. Jika kata lazimnya dibaca dari kiri ke kanan, dalam Boso Walikan ini dibaca dari kanan ke kiri. Bahasa yang dibalik tidak hanya dari Bahasa Jawa saja melainkan juga bisa dari Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Boso Walikan ini selalu berkembang karena banyak kata yang bisa dibalik. Meskipun penggunaannya hanya membalik-balikkan kata saja, namun bukan berarti semua kata bisa dibalik seenaknya. Kata yang bisa dibalik hanya kata-kata umum saja.
Sayangnya, dizaman yang semakin canggih ini penutur Boso Walikan ini makin berkurang. Terutama untuk para generasi muda banyak dari mereka yang bahkan tidak tau tentang Boso Walikan khas Malang ini. Sudah sepatutnya Boso Walikan ini harus dilestarikan dan dipertahankan, mengingat bahasa ini adalah simbol perjuangan para pahlawan untuk Kota Malang.
Baca juga: Wisata Kabupaten Malang Ditutup Sementara