Saat transportasi publik mulai didengungkan untuk mengatasi macetnya Malang. Jauh sebelum itu, Malang sebenarnya sudah memiliki transportasi kereta yang menghubungkan wilayahnya. Transportasi tersebut bernama Malang Stoomtram Maatschappij (MSM) atau dalam bahasa Indonesia menjadi Perusahaan Trem Uap Malang.
Pembangunan MSM sendiri karena pada saat itu Malang yang merupakan wilayah pertanian dan perkebunan sudah mengalami perkembangan yang pesat. Di sisi lain, banyak sekali masyarakat Eropa terutama Belanda yang datang ke Malang karena memiliki hawa yang sejuk dan dingin. Sehingga, kebutuhan transportasi massal menjadi sangat penting untuk dipenuhi.
Dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, MS dibentuk di Amsterdam berdasarkan Gouvernement Besluit tertanggal 28 Mei 1894 dan diberi penugasan untuk membangun jaringan jalur trem wilayah Malang Raya.
Dengan melihat prospek bisnis trem uap ringan yang lebih mudah menjangkau rakyat pedesaan, MS kemudian mengincar daerah-daerah subur di wilayah Malang Raya sehingga rakyat pribumi dapat menjual dagangannya ke kota tanpa membutuhkan waktu lama.
Akhirnya Malang Stoomtram Mij (MS) didirikan pada 27 September 1895. Perusahaan ini didirikan dengan modal 1,8 juta gulden dan melepas 1800 saham dengan satu saham dijual dengan harga 1000 gulden.
Jalur Trem MSM
Jalur yang dibuka MS pertama adalah jalur dari Stasiun Jagalan ke Bululawang pada 14 November 1987 dengan panjang lintasan sejauh 11 kilometer. Kemudian secara bertahap ada penambahan jalur lain yang meliputi
- Stasiun Bululawang – Stasiun Gondanglegi (12 km), dibuka 4 Februari 1898.
- Stasiun Gondanglegi – Stasiun Talok (7 km), dibuka 9 September 1898.
- Stasiun Talok – Stasiun Dampit (8 km), dibuka 14 Januari 1899.
- Stasiun Gondanglegi – Stasiun Kepanjen (17 km), dibuka 10 Juni 1900.
- Stasiun Tumpang – Stasiun Singosari (23 km), dibuka 27 April 1901.
- Stasiun Malang – Stasiun Blimbing (6 km), dibuka 15 Februari 1903.
- Stasiun Sedayu – Stasiun Turen (1 km), dibuka 25 September 1908.
MSM juga terkoneksi dengan Stasiun Malang (Kotabaru) yang melayani kereta antar daerah. Saat itu operasional kereta dilakukan oleh SS (Staatsspoorwegen).
Jalur MSM yang melewati tengah Kota juga dianggap visioner karena seperti di Eropa. Pada saat itu, pembukaan jalur yang melintasi tengah kota tidak menimbulkan gejolak apapun, padahal di Yogyakarta Perang Diponegoro terjadi karena ada jalur kereta yang membelah kota.
Trem Akhirnya Meredup
Popularitas trem akhirnya mulai meredup di tahun 60-an. Hal ini karena mobil mulai memenuhi jalan utama di Malang. Keadaan ini membuat jumlah penumpang terus menurun karena penumpang memilih angkutan yang tersedia setiap saat seperti bis.
Sempat mendapatkan subsidi pemerintah sebesar Rp153.200 pertahun pada 1952-1957 tetapi operasional terus merugi sehingga perusahaan tetap mengalami kebangkrutan.
Akhirnya Pemerintah mengambil alih melalui Perusahaan Umum Kereta Api pada 1959. Tetapi pada akhirnya jalur itu benar-benar tutup di 1980-an.
Discussion about this post