Sekolah atau tempat pendidikan sudah familiar dikenal dengan satu tempat yang ramai, berisi banyak murid dan gurunya. Pada masa Jawa Kuno, terdapat pendidikan bernama Kadewaguruan. Tempat ini merupakan perguruan yang dipimpin oleh Dewaguru (Maharesi) yang dibantu murid senior (ubwan dan manguyu). Tujuan pendidikan ini adalah melatih kader-kader muda pada masanya.
Bentuk Mandala
Jika kini pendidikan dilaksanakan di satu gedung, maka Kadewaguruan dilaksanakan di satu wilayah yang relatif sepi dan tenang seperti di tengah hutan, lereng gunung, maupun pinggir pantai. Kadewaguruan berada dalam satu komplek tertentu yang ditata sedemikian rupa. Bentuknya dibuat terpusat, dengan tempat tinggal Dewaguru di tengah dan dikelilingi oleh tempat tinggal muridnya. Tata letak murid ini disesuaikan dengan tingkat pengetahuan masing-masing. Bentuk demikian ini sering disebut dengan istilah Mandala.
Di Majapahit, jumlah kadewaguruan meningkat sejak pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389). Dalam Nagarakertagama, Hayam Wuruk tercatat pernah mendatangi sebuah mandala yang terletak di dalam hutan bernama wanasrama Sagara.
Dalam Java in the Fourteenth Century, A Study on Cultural History. The Nagarakertagama by Rakawi Prapanca of Majapahit. Vol. 5, TH Pigeaud, ahli sastra Jawa, menyebut kadewaguruan telah dibicarakan dalam kitab Rajapatigundala di masa Singasari. Raja yang disebut adalah raja Bhatati, yang diperkirakan sebutan bagi Kertanagara.
Kerajaan Singosari dan Majapahit
Jika dilihat dengan seksama, banyak candi dan bangunan di sekitar Gunung Arjuno yang menjadi bukti eksistensi Kadewaguruan. Lereng gunung yang menjadi tempat pas untuk pendidikan Jawa Kuno ini, karema suasananya yang tenang serta jauh dari pusat kerajaan.
Salah satu lokasi yang menjadi petilasan kegiatan Kadewaguruan yakni situs Jawar yang terletak di Ampelgading Kabupaten Malang.
Situs peninggalan Majapahit ini terdiri dari tiga buah halaman, yang pertama adalah dua landasan arca Dwarapala, halaman kedua sebuah bangunan pendapa teras yang berhiaskan relief, serta halaman ketiga terdapat sebuah bangunan dengan kondisi fragmentaris berada di atas gundukan tanah, yang merupakan bagian yang dianggap paling sakral atau diperkirakan adalah tempat dari Mahaguru.
Baca juga: Watu Gong Peninggalan Bersejarah Malang
Subscribe channel Youtube kami dan ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania