Di wilayah Pujon, tepatnya di Desa Pandesari ada sebuah tugu unik yang bertuliskan Garis Status Quo atau Garis Demarkasi. Tentu saja ini bukan sebuah penanda biasa, bukan pula sebuah garis batas desa.
Awal dari keberadaan Garis Demarkasi ini berawal dari perintah PBB kepada Indonesia dan Belanda untuk tidak saling menembak lagi pada pertempuran agresi militer yang dimulai pada 1 Agustus 1947.
Kemudian pada tanggal 4 Agustus secara resmi Belanda menghentikan aksi menembak. Dan pada 17 Agustus tembak menembak benar-benar berakhir antara tentara Belanda dan tentara Indonesia. Tidak benar-benar berakhir sebenarnya karena masih ada perang yang melibatkan organisasi kemasyarakatan dari laskar-laskar pejuang, seperti yang terjadi di Karawang dan Bekasi.
Kemudian lewat bantuan PBB, dibentuklah Komisi Tiga Negara (KTN) yang menjadi perwakilan di dalam sidang tersebut. Terdiri dari Amerika Serikat (netral), Australia (pilihan Indonesia), dan Belgia (pilihan Belanda).
Disisi lain ada pula, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin Harahap. Delegasi Kerajaan Belanda dipimpin oleh Kolonel KNIL Abdulkadir Widjojoatmodjo. Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham. Perundingan itu dilakukan di kapal milik Amerika yaitu USS Renville sehingga perjanjian yang terbit disebut perjanjian Renville.
Secara ringkas, isi dari perjanjian tersebut adalah
- Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia
- Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
- TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Hasil perjanjian itu juga mengubah situasi di Malang. Tempat yang dikenal sebagai peristirahatan Belanda itu terbagi menjadi dua bagian.
Sesuai peta yang sudah ditunjuk, garis maya di peta menunjukkan jika wilayah Pujon menjadi sebuah garis perbatasan wilayah milik Belanda dan Indonesia. Titik garis tersebut berada di wilayah Desa Pandesari, sehingga dari wilayah itu kemudian dibangun sebuah tugu status quo atau penanda garis demarkasi. Dari garis itu, wilayah Barat adalah Indonesia dan wilayah timur adalah Belanda.
Dikutip dari malangdjadoel.ga, adanya garis pemisah itu membuat perubahan yang signifikan bagi pertahanan TNI di Malang dan Pujon pada khususnya. Pertahanan TNI mundur sejauh 2 kilometer dari garis semula.
Pujon pun juga kehilangan Desa Pandesari yang di sana kemudian dibangun pos pertahanan baru milik Belanda. Di sisa waktu, penyerangan terhadap pos Belanda tetap dilakukan oleh TNI, hingga akhirnya Belanda benar-benar pergi dari Indonesia di akhir tahun 1948.