Jalan Pahlawan TRIP Malang, sebuah jalan dengan nama yang tidak biasa. Pasalnya, jalan ini berada di antara ruas jalan yang menggunakan nama gunung di Indonesia. Jalan yang merupakan percabangan Idjen Boulevard ini ternyata menyimpan sebuah cerita bersejarah perlawanan Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan NKRI dari Belanda.
Di masa lalu, Jalan Pahlawan TRIP dikenal dengan Jalan Salak. Bukan nama buah, melainkan sebuah nama gunung di Jawa Barat, Gunung Salak. Kawasan ini dulunya menjadi sebuah kawasan elit bagi pengusaha Belanda.
Terdapat sebuah Taman Makam Pahlawan TRIP di jalan ini yang diresmikan Presiden Soekarno pada tahun 1959. Pada makam ini juga terdapat sebuah Monumen yang sengaja dibangun untuk menghargai 35 pahlawan TRIP yang gugur di medan perang saat Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Jika Anda melewati Jalan Besar Ijen, Monumen ini berada di ujung jalan sebelah Timur, atau sebelah utara Museum Brawijaya dan tepat berada di depan Gereja Ijen.
Agresi Militer Belanda I
Tepat pada tanggal 21 Juli 1947, Agresi Belanda I terjadi di Malang. Pergerakannya bermula di daerah Besuki mengarah ke selatan Porong-Trawas-Lawang-Malang. Keesokan hainya, staff Divisi Untung Suropati memerintahkan pemimpin TRIP untuk melakukan sebuah rencana mempertahankan Kota Malang. Seluruh bangunan vital di Malang akan dikosongkan dan dibumihanguskan sebelum ada penyerangan Belanda. Taktik ini bertujuan agar ketika Belanda menguasai Malang, mereka tidak akan mendapat apa-apa.
Pasukan TRIP Batalyon 5000 Malang saat itu disebar di beberapa titik di Malang. Beberapa diantaranya ada di perbatasan Lawang dan Singosari, sebagian dikirim ke wilayah Malang Selatan, dan beberapa titik lainnya dengan komando dari Komandan Batalyon, Susanto.
Kisah di Balik Jalan Pahawan TRIP Malang
Pada 23 Juli 1947, Kota Malang sudah kosong dan bangunan vital pun telah dibakar habis. Pada 31 Juli 1947, pasukan Belanda pun mulai memasuki wilayah Malang. Terjadilah pertempuran di Lapangan Pacuan Kuda Betek hingga Jalan Salak antara Pasukan TRIP dan Belanda.
Pertempuran ini berlangsung cukup lama. Sekitar kurang lebih 5 jam, pasukan TRIP melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan senjata sederhananya. Belanda dengan tentara yang terlatih dan perlengkapan senjata lengkap ini akhirnya berhasil merebut Kota Malang. Dalam pertempuran ini, ada 35 pasukan TRIP yang gugur, termasuk Komandan Batalyon Trip 5000, Susanto. Sedangkan beberapa diantaranya mengalami luka-luka tertawan.
Seluruh anggota TRIP yang gugur melawan Belanda ini kemudian dikuburkan dalam satu lubang yang letaknya tidak jauh dari markas TRIP di Jalan Salak. Monumen berbentuk patung dua orang pelajar yang memanggul senjata pun didirikan di ujung jalan tersebut untuk mengenang jasa mereka. Nama-nama ke-35 anggota TRIP itu pun terpahat di sebuah plakat di sebelah patung untuk mengingatkan kita pada gigihnya perjuangan mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kota Malang.
Kisah heroik inilah yang kemudian menjadi latar belakang perubahan nama Jalan Salak menjadi Jalan Pahlawan TRIP, Malang.
Baca juga: Sejarah Terbentuknya TRIP, Tentara Republik Indonesia Pelajar
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.