Kota Batu menjadi salah satu tempat persebaran situs-situs purbakala peninggalan Kerajaan Majapahit. Salah satunya di Dusun Krajan, Desa Beji, Kecamatan Junrejo di mana Patirthaan Sumber Beji berada.
Patirthan ini ditemukan berada di dekat Punden Mbah Beji. Kedua situs tersebut terletak di tanah kas Desa Beji. Lokasinya cukup dekat dari perkampungan warga, karena berada tepat di tepian jalan desa. Patirthan ini letaknya sedikit agak ke dalam di balik rerimbunan pohon beringin. Ditumbuhi pula pohon berukuran raksasa, seperti pohon beringin, klampok watu, suren dan kenanga di sekitarnya.
Secara sepintas patirthan alamai ini seperti mata air biasa yang dilengkapi dengan struktur balok batu dan bata. Namun, sisa balok-balok batu tersebut kini berserakan di tepian air bersama banyak batu bata kuno lainnya. Selain kumpulan bata kuno itu, terdapat pula satu balok batu andesit yang menyerupai meja altar. Di tepi sumber air, tepatnya di dekat meja altar terdapat susunan balok batu, yang salah satunya berukuran panjang 51 cm, lebar 37 cm, dan tinggi 33 cm. Sementara itu, bata-bata kuno yang tersisa memiliki ukuran panjang 38, lebar 22, dan tebal 18 cm.
Kondisi situs yang saat ini sudah mulai rusak disinyalir karena tertimpa pohon besar yang tumbang yang menutupi atau bahkan menghancurkan dinding bata kuno di tepi permukaan air. Namun, air masih mengalir dari sumber yang tertutup reruntuhan tersebut. Tepatnya, air mengalir dari bawah pohon besar yang sudah tumbang.
Air di Patirthan Sumber Beji ini masih terus dimanfaatkan warga setempat hingga sekarang. Air digunakan untuk keperluan rumah tangga yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sehari-hari, air dari patirthan ini dialirkan menuju tempat pemandian umum milik warga yang letaknya tidak jauh dari tempat tersebut menggunakan pipa-pipa berukuran sedang.
Tim arkeologi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan pernah meninjau lokasi Sumber Beji. Mereka menilai patirthan ini merupakan kolam peninggalan Kerajaan Majapahit. Diyakini, sumber air tersebut dahulu menghadap ke barat dan timur. Mereka juga menemukan struktur dinding kolam yang terbuat dari batu bata kuno. Di bawah pohon juga ditemukan ada struktur dinding kolam yang makin ke bawah semakin padat. Tim tersebut juga memperkirakan sumber air ini dulu merupakan sebuah patirthan yang berbentuk persegi panjang.
Patirthan Sumber Beji dihubungkan dengan peninggalan masa Kerajaan Majapahit karena kondisi fisik bangunan yang seluruhnya menggunakan bahan material batu bata. Pada masa Majapahit umumnya bangunan memang menggunakan batu bata, karena adanya filosofi kehidupan yang menjelaskan bahawa batu bata dibuat dari tanah, air dan api yang menunjukkan tiga unsur kehidupan. Selain itu, tidak jauh dari patirthan ini terdapat sebuah bangunan lain berupa sebuah tempat peribadatan menyerupai candi. Bentuk patirthan ini juga hampir mirip dengan Patirthan Watugede yang ada di Singosari.
Menurut masyarakat setempat, Patirthan Sumber Beji ini dulunya digunakan sebagai tempat pemandian bagi para penari tayub sesudah lulus dari pelatihannya. Sayang, adanya bangunan baru yang didirikan oleh masyarakat setempat tepat di samping lokasi tumbangnya pohon besar sedikit mempengaruhi keaslian lingkungan sumber tersebut.