Tradisi aqiqah merupakan salah satu tradisi Jawa yang masuk dalam rangkaian upacara adat menyambut bayi baru lahir. Tradisi ini ternyata masih belum punah di Malang Raya.
Sejatinya, aqiqah merupakan pengaruh dari ajaran Agama Islam yang merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Orang Jawa yang beragama Islam melaksanakannya untuk meneladani sang nabi.
Secara harfiah, Aqiqah berarti pengurbanan hewan dalam syariat Islam, sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT. mengenai bayi yang dilahirkan. Hukum akikah ini menurut Islam adalah sunah muakadah.
Aqiqah kerap dilaksanakan bersamaan dengan tradisi selapanan. Tradisi selapanan sendiri biasanya dilakukan 35 hari setelah bayi terlahir. Ada pula yang melakukan kedua tradisi itu secara terpisah.
Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Aqiqah
Dalam tradisi aqiqah ini, orang tua si jabang bayi melakukan kurban dengan menyembelih hewan peliharaan. Umumnya, yang disembelih berupa kambing/domba.
Jumlah hewan yang disembelih sebagai kurban untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan berbeda-beda. Khusus untuk bayi laki-laki berjumlah dua ekor, sedangkan bayi perempuan satu ekor saja.
Setelah disembelih, kambing itu dimasak, lalu dibagi-bagikan kepada para tetangga dan kerabat. Untuk saat ini, keluarga bayi lebih dimudahkan dengan adanya katering yang khusus melayani aqiqah sehingga lebih praktis, di mana paket olahan daging kambing tinggal dibagikan saja.
Selain tradisi aqiqah, ada banyak tradisi Jawa lainnya yang digelar dalam rangkaian untuk menyambut hadirnya bayi yang baru lahir. BACA: Mengenal tradisi puputan untuk menandai lahirnya bayi dalam keluarga.