Monumen Melati, mungkin bagi warga Malang bukan hal baru lagi. Monumen yang ada di tengah-tengah jalan raya Ijen ini menyimpan kenangan tersendiri bagi alumni Sekolah Tentara Kadet Surapati. Pembangunan Monumen Melati menghabiskan biaya hingga 103 juta rupiah ini sepenuhnya ditanggung oleh alumni. Apa istimewanya?
Monumen Melati
Monumen Melati berada di pusat kota. Lokasinya mudah diakses oleh semua orang, termasuk berada pada jalur angkutan umum Kota Malang yang akan menuju terminal Landungsari, seperti angkot ADL, AL, dan GL. Maka tak heran jika monumen ini menjadi salah satu monumen ikonik di Kota Malang.
Penampakan Monumen ini disangga dua pilar setinggi tujuh meter dengan kolam dan taman di bawahnya. Tidak sembarang angka, jumlah pilar ini memiliki arti dua brigade. Pada puncaknya, terdapat bunga melati yang memiliki 11 helai kelopak dari bahan perunggu. Gambar ‘Hongaarse Krul’ pada pilar utama melambangkan badge yang dulu dipakai oleh siswa Sekolah Kadet Surapati.
Monumen Melati dibangun dalam rangka penghormatan kepada pendiri, tenaga pendidik, dan siswa di sekolah tersebut. Monumen ini juga menjadi sebuah simbol dalam mengenang sekolah darurat Tentara Keamanan Rakyat (cikal bakal TNI).
Sekolah Tentara Kadet Surapati
Sekolah ini merupakan sekolah buatan Tentara Divisi III, dan memiliki simbol Bunga Melati. Ide pembuatan sekolah ini tercetus oleh Kepala Staf Operasi Divisi VIII, Mayor Mutakad Huri sebelum pertempuran 10 November 1945. Tidak hanya dibangun di Malang, sekolah yang sama juga dibuka di Bukittinggi, Palembang, Brastagi, Mojoagung, dan Tangerang.
Salah satu yang menarik, di Sekolah Kadet Malang inilah timbul istilah ‘Perwira’ sebagai pengganti ‘Opsir’ dan ‘Taruna’ sebagai pengganti ‘Kadet’. Selanjutnya istilah ini diakui secara nasional. Dengan demikian, monumen ini merupakan salah satu saksi bisu sekaligus simbol perjalanan militer di Indonesia, khususnya TNI.
Banyak monumen cerita perjuangan di Kota Malang. Salah satunya adalah cerita: Kisah Pilu di Balik Monumen Perjuangan Polri Di Tlogowaru