Sebagai warga Malang, permainan Mercon Bumbung tentu tak lagi asing terdengar. Salah satu permainan tradisional ini masih kerap dimainkan anak-anak sebagai tiruan meriam. Namun karena tujuan pembuatannya untuk permainan saja, maka yang utama pada alat ini adalah kuailtas suara dentumannya.
Mercon bumbung bisa tergolong menjadi salah satu jenis petasan yang berbahan dasar alat-alat tradisional. Mercon ini terbuat dari sebilah batang pohon bambu pilihan. Kemudian, bambu ini dimasukkan bahan “peledak” untuk menghasilkan suara dentuman. Biasanya ada yang menggunakan karbit dan air, bensin, atau minyak tanah. Pilihan ini sesuai selera. Kemudian, kedua ujung bambu harus tertutup rapat. Penutupnya dapat mnggunakan kain bekas.
Untuk mengoperasikannya agar dapat memproduksi sebuah dentuman, Mercon Bumbung membutuhkan sulutan api. Api tidak serta merta berasal dari korek, tetapi menggunakan sebilah kayu yang cukup panjang dengan ujung yang sudah terlilit kain. Kemudian ujung kayu tersebut dicelupkan ke dalam minyak tanah lalu baru disulut api. Setelah itu, ujung kayu dengan api menyala dimasukkan ke dalam pangkal lubang bambu yang dijadikan media untuk melakukan permainan. Jika berhasil, maka bambu tersebut akan menghasilkan suara dentuman yang keras.
Berbeda dengan meriam sungguhan, mercon bumbung tidak mengeluarkan bola panas. Alat tradisional ini hanya mengeluarkan bunyi ledakan yang cukup keras, karena tujuannya hanya untuk permainan saja. Keras tidaknya dentuman dari alat ini tergantung pada pemilihan atau kualitas bambu.
Di daerah Malang, permainan ini cukup populer. Sekelompok anak kecil dan remaja laki-laki biasanya menyalakan mercon bumbung di area lapangan atau halaman yang cukup luas.
Permainan tradisional untuk segala usia, Dakon! Masih ingat cara bermainnya? Baca: Bermain Dakon! Masih Ingat Caranya?