Desa Jatisari, sebuah tempat dalam wilayah Tajinan, Kabupaten Malang. Sejarah Desa ini lekat dengan peran orang-orang sakti yang berasal dari Pati, Jawa Tengah. Sebut saja KH Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Buyut Timah, Buyut Sareh, dan Buyut Marwie. Selain ketiga tokoh tersebut, ada lagi empat orang sakti yang datang dari Pati. Mereka adalah Buyut Jum’ah, Mbah Landou, Mbah Sambisari (KH Umar) dan Syeh Mahmudi bin Yusuf (Mbah Jagopati dari Serang, Banten).
Buyut Timah
Sejarah asal usul Desa Jatisari ini trdapat pada sebuah artikel yang beredar pada tanggal 18 Maret 2017. Menurut cerita, orang yang pertama datang kemari adalah Buyut Timah, Buyut Sareh, dan Buyut Marwie. Masyarakat yakin bahwa ketiganya adalah tokoh yang melakukan babat alas dan menjadikan wilayah terebut menjadi sebuah perkampungan. Dalam sejarah Desa Jatisari, Tajinan, KH Abdul Wahab sendiri mendapatkan julukan Buyut Timah setelah berhasil menaklukkan para makhluk halus penghuni hutan jati dengan kesaktiannya.
Nama Desa Jatisari berasal dari pohon Jati yang banyak tumbuh dalam hutan belantara, sebelum Buyut Timah dan dua kawannya melakukan babat alas. Mereka pun menebang habis pohon-pohon Jati itu hingga tinggal sarinya. Akhirnya, nama Jatisari dipilih untuk menamai desa anyar tersebut.
Kesaktian Tokoh dari Pati
Selang beberapa lama, datanglah empat orang lagi dari Pati, Jawa Tengah. Mereka adalah Buyut Jum’ah, Mbah Landou, Mbah Sambisari (KH Umar) dan Syeh Mahmudi bin Yusuf (Mbah Jagopati dari Serang, Banten). Buyut Jum’ah ini merupakan seorang musafir yang bertujuan melakukan silaturahmi kepada sahabat-sahabatnya.
Mbah Landou juga memiliki kesaktian, ia bisa menghidupkan kerbau yang mati dan menggunakannya untuk membajak sawah sementara. Setelah itu, kerbau lalu dikembalikan ke tempatnya dalam keadaan mati. Sedangkan Mbah Sambisari akhirnya memilih membuka perkampungan anyar Japanan, dan Mbah Jagopati diminta Buyut Timah untuk menetap di Gunung Gelap (yang sekarang menjadi area pemakaman).
Baca kisah babat alas menarik lainnya: Sejarah Desa Parangargo Wagir dan Bukit Pusaka