Musik rock, salah satu musik populer dengan penggemar terbanyak dunia. Era musik rock sangat hits pada tahun 70-an. Namun sebelum itu, ternyata sudah ada benih-benih musik rock & roll Malang pada tahun 60-an. Sebut saja seorang bocah berusia 11 tahun yang merintis band rock & roll bernama Irama Band, Abadi Oesman.
Pada saat itu, musik-musik dari Elvis Presley, Chuck Berry dan The Beatles sedang tren dan “meracuni” selera anak muda Indonesia. Atas alasan ini lah, Abadi Oesman pun berani memelopori musik rock Malang.
Tahun 70-an, Meledaknya Musik Rock
Meski terbilang susah, tak banyak musisi yang menyerah memperjuangkan musik rock. Seperti Ian Antono misalnya, pria kelahiran Malang, 29 Oktober 1950 dengan nama asli Yusuf Antono Djojo. Saat kecil Ian memegang instrumen ketipung dalam salah satu band bocah melayu. Selera musiknya pun tak lepas dari The Ventures dan The Shadows, kemudian ikut dalam band keluarganya, Zodiacs.
Pada tahun 1969, ia bersama Abadi Oesman hijrah ke Jakarta dan mulai bermain musik dalam Hotel Marcopolo. Tak lama setelah itu, Ian kembali ke Malang untuk bergabung dengan Bentoel Band, band yang didirikan oleh PT. Bentoel. Dengan terpengaruh oleh Deep Purple, Jethro Tull, Alice Cooper, James Gang dan Edgar Winter. Kemudian ia mulai mengubah penampilan dan aksi panggungnya. Sosok Ian mampu mengubah atmosfir Bentoel Band semakin bersinergi dalam musiknya, terutama aksi panggungnya.
Bentoel Band
Tahun 1972, Bentoel Band menjadi band undangan untuk tampil membuka konser Victor Wood dalam Gelora Pancasila, Surabaya. Micky Jaguar, vokalis Bentoel Band, memberi kejutan dalam penampilan saat itu yang tak akan terlupakan oleh masyarakat. Dengan menyanyikan lagu John Barlecon (Traffic) ia menyembelih kelinci dan meminum darahnya di atas panggung. Kejutan dari Micky Jaguar ini membuat Bentoel Band harus berurusan dengan pihak berwajib.
Sayangnya, masa kejayaan Bentoel Band tak bertahan lama. Tahun 1974, Ian kembali lagi ke Jakarta, Ian Antono diminta Ahmad Albar untuk bergabung dengan Godbless. Di sana ia juga mulai menulis lagu dan menata musik dalam album Huma Di atas Bukit (1976). Karirnya terus melejit, hingga ia terkenal sebagai penulis 400 lagu dari Godbless, Iwan Fals, Anggun Cipta Sasmi, Ucok Harahap, Duo Kribo, Nicky Astria hingga Grace Simon.
Sementara itu, Micky Jaguar mau tak mau juga berhijrah dari Boentoel Band. Ia bergabung dengan Oegle Eyes, yang anggotanya adalah salah satu mantan personil Giant Step (Bandung), keyboardist Jocky Soerjoprayogo dan drummer Sammy Zakaria.
Musik Rock Orde Lama
Musik rock era 2000-an cukup dihargai sebagai karya seni, bahkan saat ini masyarakat mulai menghargai musisi, bahwa tak mudah membuat sebuah musik yang hebat. Sebuah hal yang sangat berbeda dengan masa orde lama. Dalam era ini, tak ada penghargaan sama sekali pada musik rock. Bahkan, pemerintah seakan mendorong rakyatnya untuk membenci musik rock.
Buktinya, musik The Beatles dilarang, Koes Ploes dipenjara, dan musik rock disebut ‘musik setan’. Tak hanya itu, bahkan yang membudaya hingga saat ini masih menjadi peraturan sekolah: diharamkannya rambut gondrong. Menjadi musisi pada masa tersebut memang sangat susah, paradigma yang berkembang dalam masyarakat menjadi musisi berarti memiliki masa depan yang suram. Hal ini juga tak lepas dari maraknya kasus narkoba dalam kalangan musisi. Sehingga masyarakat berkesimpulan bahwa menjadi musisi akhirnya akan mengonsumsi narkoba.
Selain itu, dana juga mengganjal beberapa band yang mau berkembang. Pasalnya untuk biaya latihan dan alat musiknya begitu mahal dan susah didapatkan di Malang. Sebagian banyak grup baru dapat berlatih secara maksimal dan berkembang setelah mendapat dana dari perusahaan besar. Beberapa grup band tersebut adalah Bentoel Band, Oepet Band, Zodiak, Panca Nada, Arulan dan Swita Rama.
Tahukan Anda Malang punya museum musik terbesar se Asia Tenggara? Simak artikelnya: Museum Unik di Malang, Ada Apa Saja?