Malang sebagai salah satu kota tertua di Indonesia membuatnya memiliki sejumlah peninggalan sejarah dari masa lampau. Tak hanya artefak berupa candi atau gerabah, salah satu yang menarik adalah peninggalan prasasti. Sebut saja prasasti Dinoyo, prasasti yang namanya kini diabadikan menjadi sebuah nama wilayah di Kota Malang.
Prasasti Dinoyo
Seperti halnya prasasti pada umumnya, prasasti ini berbentuk lempengan batu yang terukir dengan beberapa baris tulisan di atasnya. Prasasti ini dahulu ditemukan di kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, sekitar 5 km di sebelah barat Kota Malang. Prasasti Dinoyo ditemukan pada zaman penjajahan Belanda dengan kondisi terpecah menjadi tiga bagian, dan pada tempat yang terpisah.
Jika bagian tengah prasasti ditemukan di Kelurahan Dinoyo, maka bagian atas dan bawahnya ditemukan di Desa Merjosari. Sebuah dugaan diungkapkan oleh De Casparis, seorang peneliti sejarah dari Jerman, batu prasasti itu berasal dari Kejuron yang kemudian dibawa ke Dinoyo. Namun belum ada keterangan tahun pasti ditemukannya prasasti ini.
Prasasti Dinoyo bisa dibilang prasasti yang unik. Warga Malang Raya patut berbangga karena prasasti Dinoyo ini menjadi prasasti pertama yang mengandung perpaduan huruf Jawa Kuno (Kawi) dengan menggunakan bahasa Sansekerta.
Berdasarkan sejarahnya, wilayah Kelurahan Dinoyo dan sekitarnya yang berada di tepian Sungai Metro diketahui merupakan kawasan pemukiman yang memiliki nilai sejarah. Berbagai bangunan percandian, arca-arca, bekas-bekas pondasi batu bata, bekas saluran drainase, beraneka bentuk gerabah, dan prasasti-prasasti dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) ditemukan di tempat yang berdekatan, termasuk Prasasti Dinoyo ini.
Bukti Adanya Pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan
Secara kasat mata, prasasti ini merupakan bukti adanya pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan, salah satu kerajaan tertua di Jawa Timur, jauh sebelum Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit berdiri. Prasasti Dinoyo ini menceritakan tentang masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan di bawah pimpinan Raja Dewa Simha.
Baca juga: Kameswara Tirthayatra dan Tafsir Baru Prasasti Ranu Kumbolo
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.