Nama Kyai Tamin cukup terkenal bagi warga Pasar Besar Malang. Kabarnya, dahulu ia berdakwah pada sebuah surau atau musholla yang merupakan cikal bakal Masjid Noor. Masjid ini yang masih kokoh hingga kini berdiri pada sebelah selatan Pasar Besar.
Kyai Tamin merupakan putra dari ulama tersohor daerah Genteng, Pasuruan, yakni KH Ghofur. Selama hidupnya, Kyai ini memiliki tiga orang istri, satu di Malang dan dua di Pasuruan. Istri Malang bernama Hj. Maryam. Dari hasil pernikahannya itu, Kyai Tamin mempunyai seorang anak bernama Aisyah. Kelak, Aisyah menikah dengan Moch Sun’an, Bupati Malang pada periode 1964-1969.
Menolak Ajaran Jepang
Kyai Tamin memang terkenal sebagai sosok ulama yang teguh dalam mempertahankan akidah dan prinsip ketuhanan. Pernah suatu ketika, sekitar tahun 1943, Pemerintah Jepang yang sedang berkuasa atas Kota Malang, meminta warga untuk menyembah matahari. Orang Jepang punya kepercayaan menyembah matahari dengan sedikit membungkukkan badan setiap pagi hari. Beliau langsung menolak permintaan tersebut dengan mentah-mentah. Karena memang menurut pandangannya, menyembah matahari sama saja dengan menduakan Allah.
Karena membantah perintah tersebut, Kyai Tamin harus menerima hukuman tahanan dari Jepang. Dahulu, penjara ini terletak dalam daerah sekitar Alun-alun Merdeka Kota Malang, yang kini telah berubah menjadi pusat perbelanjaan Ramayana. Tak lama setelah itu, ia lalu dipindahkan ke Lapas Sukamiskin, Bandung. Kabarnya, sang kyai meninggal dalam masa tahanan dalam penjara ini. Bukan karena siksaan, ia meninggal karena riwayat penyakit sesaknya.
Saat itu, menantu Kyai Tamin yang bernama Moch. Sun’an sedang mendapat tugas ke Bandung sebagai anggota DPR RI setelah menghabiskan masa jabatannya sebagai Bupati Malang. Moch. Sun’an bertanya kepada salah seorang sipir dalam Lapas Sukamiskin, dan kebetulan bertemu dengan orang yang merawat Kyai Tamin sebelum meninggal. Dari penelusuran keluarga beberapa kali, diketahui kalau Kyai Tamin dimakamkan bersebelahan dengan kyai asal Pasuruan lainnya yang saat itu juga ditahan oleh Jepang, yakni KH Muhammad Khuzaimi.
Jalan Kyai Tamin
Namanya kemudian abadi sebagai nama jalan selatan Pasar Besar Kota Malang. Namanya akan selalu terkenang sebagai pahlawan dalam hiruk-pikuk aktivitas perniagaan jalan tersebut.
Jalan Legendaris ekat Pasar Besar Malang, Embong Arab. Begini ceritanya. Baca: Embong Arab Malang dan Cerita di Baliknya