Istilah pagebluk kembali mencuat seiring memburuknya situasi karena meningkatnya angka kematian gara-gara kasus covid-19 di Indonesia. Jika memang ada yang beda dari makna pagebluk dulu dan sekarang, lantas seperti apa perbedaannya?
Jika mengutip laman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pagebluk adalah istilah lokal yang merujuk kepada wabah penyakit yang menyerang dalam skala luas. Dalam istilah yang lebih modern, pagebluk ini disebut sebagai epidemi.
Dalam Bahasa Jawa, pagebluk sendiri berasal dari kata geblug atau bluk. Dalam budaya Jawa diartikan sebagai jatuh, tumbang atau tersungkur. Karenanya, pagebluk dapat dimaknai adanya sebuah fenomena yang menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah besar dengan skala yang luas.
Istilah pagebluk ini kerap disebut-sebut sejak awal kemunculan Coronavirus Disease 2019 atau lebih dikenal sebagai covid-19 di Indonesia pada Februari 2020 lalu. Perlahan tapi pasti, istilah ini kembali populer di kalangan masyarakat.
Makna Pagebluk di Kalangan Masyarakat Jawa
Ketika dunia medis menyikapi pandemi covid-19 dengan ilmu yang mereka miliki, ada sejumlah masyarakat Indonesia yang menghubung-hubungkan peristiwa ini sebagai pagebluk. Sudut pandang mitologi ini berdasarkan ajaran, perintah atau larangan dari para leluhur yang sempat meramalkan kejadian di masa yang akan datang.
Pagebluk ini bukanlah hal baru di tanah Jawa kuno, karena sudah banyak diceritakan dalam warisan sejarah, baik yang berbentuk tulisan maupun cerita lisan. Sejumlah manuskrip atau naskah kuno menjelaskan cerita wabah gudik (kudis), kolera, influensa, tuberkulosis (TBC), dan pes pernah menyerang Jawa.
Orang dulu percaya, ketika seseorang terkena penyakit pada pagi atau siang hari, mendadak sore atau malam harinya akan meninggal. Bagitu pula sebaliknya. Keterbatasan informasi dan tenaga medis kala itu membuat suasana begitu mencekam di pedesaan, terutama yang jauh dari pengawasan pemerintah setempat.
Walaupun metode yang dipakai adalah ‘othak athik gathuk’ alias menghubung-hubungkan, banyak juga masyarakat lokal yang percaya. Terlebih bagi masyarakat yang punya garis keturunan Jawa Kuno asli atau yang masih menghormati dan memegang teguh budaya leluhur mereka.
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.