Legenda Arema Punya Pesan Penting Buat Para Wonderkid Zaman Now

- Advertisement -

Legenda Arema, Ahmad Bustomi punya pesan penting buat para wonderkid zaman now. Khususnya mereka yang ingin kariernya bertahan lama sebagai Tukang Bal-balan (pesepak bola).

Lewat akun X pribadinya, Bustomi menyampaikan pengalaman dan petuahnya yang masih sangat relevan dipakai para pemain muda yang baru merintis karier. Kicauan itu dibuatnya lantaran ramainya berita tentang teman sesama pesepak bola yang dikabarkan negatif.

Mantan pemain Arema tiga periode (2009-2011, 2014-2017, dan 2022-2023) itu berharap apa yang disampaikannya bermanfaat. Setidaknya bisa membuat mereka yang kadung tersesat bisa kembali ke jalan yang benar.

Menurut pemain berusia 38 tahun itu, sesungguhnya gak mudah menjadi Tukang Bal-balan, dan masanya cepat sekali, sehingga harus berhati-hati dalam segala hal. Bustomi sendiri merasa baru kemarin masuk koran saat ikut turnamen antar Sekolah Sepak Bola (SSB), yang membuat kedua orang tuanya senang sekali.

“Di beberapa klub yang saya bela, saya sering mengobrol dengan pemain muda, bukan menggurui, tapi sebagai sesama wonderkid, kebetulan saya bermain bola lebih dulu (daripada mereka),” kata Bustomi.

Wonderkid Zaman Now Sudah Seperti Artis

Bustomi mengibaratkan, para pemain muda itu sudah seperti artis. Makanya, tak heran jika segala tingkah lakunya menjadi sorotan publik.

“Saya bilangi, pemain sepak bola di Indonesia itu sama dengan artis, karena hampir setiap minggu muncul di televisi. Nah, karena sebagai Tukang Bal-balan, Anda adalah public figure, banyak diidolakan, mulai dari anak-anak sampai emak-emak, tindakannya selalu disorot,” imbuhnya.

“Harus bijak juga dalam menggunakan media sosial. Mas Bambang Pamungkas yang katanya paling ganteng sendiri versi Mbak Dewi (istrinya), pernah bilang, ‘Pemain bola itu dinilai di lapangan, bukan di luar lapangan,’ Sebuah kalimat yang kurang banyak dopahami oleh beberapa pemain muda Indonesia.”

Harus Selektif Memilih Teman atau Panutan

Bustomi juga menekankan, sebagai pemain muda, mereka harus selektif dalam memilih teman, karena turut berpengaruh terhadap karier ke depan. Apalagi dalam menentukan sosok pemain senior yang dijadikan panutan yang tak kaah pentingnya.

“Dalam lagu Tombo Ati, ada lirik yang berbunyi, ‘Wong kang sholeh kumpulono (orang yang sholeh kumpulilah),’. Nah, kalau di bal-balan, senior yang benar kumpulilah. Kenapa? Karier sepak bola tergantung siapa seniormu waktu junior,” sambungnya.

Gelandang kelahiran Jombang itu berkisah, semasa membela Persema Malang, sebelum gabung Arema, di angkatannya ada banyak wonderkid Malang Raya yang bermunculan saat dilatih Danurwindo. Pemain idolanya, Bima Sakti, yang punya posisi sama dengannya, juga ikut dikontrak Persema.

“Coach Danur langsung ngomong ke Mas Bima, ‘Bim, kamu sekamar sama Bustomi,’. Alhamdulillah, saya bisa sampai sekarang salah satunya faktor Mas Bima Sakti. Dia gak hanya mengajarkan saya menjadi seorang Tukang Bal-balan di dalam lapangan, tapi juga kehidupan di luar lapangan sepak bola,” kenangnya.

Pemain Muda Kerap Lupa Diri

Bustomi pun menyinggung soal masalah kronis yang kerap menjerat para pemain muda, sehingga kariernya tak bisa bertahan lama. Menurut pemain yang identik dengan jersey bernomor punggung 19 itu menilai uang adalah sumber utamanya.

“Karier teman-teman wonderkid saya di Persema tidak terlalu panjang, karena banyak faktor juga. Tapi, menurut saya faktor lingkungan sangat memengaruhi, karier seorang Tukang Bal-balan. Seperti lagunya Bang Haji Rhoma Irama, ‘darah muda darahnya para remaja,’,” tegasnya.

“Dari junior naik ke senior langsung mendapatkan uang banyak. Pemain yang gak bisa mengelola keuangannya dengan bijak akhirnya lupa kalau dia mendapatkan uang dari kerja sebagai Tukang Bal-balan. Kehidupan di luar lapangan ‘kencang’, kerja di lapangan ngantuk.”

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya