Gas Air Mata Belum Bisa Dipastikan Jadi Penyebab Kematian Karena Hipoksia

- Advertisement -

Gas air mata belum bisa dipastikan jadi penyebab kematian karena hipoksia atau minimnya asupan oksigen ke sel-sel tubuh. Hal itu disampaikan oleh Dokter Syaifullah Asmiragani, Sp.OT(K), Wakil Direktur Penunjang Pelayanan RSUD dr. Saiful Anwar.

Kematian karena hipoksia ini dialami oleh Helen Prisela, Aremanita asal Dampit, Kabupaten Malang yang menjadi korban meninggal ke-132 Kanjuruhan Disaster 2. Tragedi tersebut terjadi usai laga Arema vs Persebaya Surabaya di Liga 1 2022-2023 Pekan 11, Sabtu (1/10/2022) malam.

Sama seperti mendiang Helen, ada banyak korban lainnya yang terancam mengalami kematian karena hipoksia. Dokter Syaifullah menjelaskan, gas air mata tidak bisa dijadikan ‘tersangka utama’ yang menyebabkan kematian korban Kanjuruhan Disaster 2.

“Hipoksia bisa karena gasnya, bisa juga karena berhimpitan. Kalau kita lihat kondisinya ada cedera di beberapa tempat karena desakan-desakan, entah terjatuh atau terinjak-injak. Itu yang memperburuk hipoksia. Kalau secara langsung karena gas air mata, itu saya belum bisa memastikan,” kata Syaifullah.

“Misalnya begini, tanpa gas air mata pun kalau tertekan dadanya, terdesak karena perdarahan, itu akan mengalami hipoksia di otak. Makanya (gas air mata menyebabkan kematian karena hipoksia) bisa iya, bisa juga tidak. Kalau tidak ada perdarahan lain, mungkin kami bisa bicara kematian itu karena gas air mata. Tapi kalau ada perdarahan di perut, dada, tentu itu turut berkontribusi.”

Akan Diteliti Apakah Gas Air Mata Bisa Menyebabkan Kematian Secara Langsung Atau Tidak

Dokter Syaifullah mengaku pihak RSSA akan melakukan penelitian terkait apakah gas air mata bisa menyebabkan kematian secara langsung terhadap pasien atau tidak. Pihaknya sudah memerintahkan kepada tim dari ICU untuk menginput data pasien korban Kanjuruhan Disaster 2 yang dirawat sebagai bahan penelitian.

Dokter Spesialis Bedah Tulang itu menyebut, semua pasien korban yang kritis sudah diambil data medisnya secara lengkap. Misalnya hasil rontgen, tes laboratorium, dan lain-lain.

“Semua data ICU itu akan kita telaah, dan kita teliti, kalau ada kasus lagi kami bisa lebih siap. Sekarang kami masih dalam tahap pengumpulan data. Kami kumpulkan sample, semuanya saling terkait. Ke depan kami bisa meningkatkan kualitas pelayanan,” tandasnya.

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya