Keluarga Korban Kanjuruhan Disaster 2 Ikhlas, Tapi Tetap Dukung Usut Tuntas

- Advertisement -

Salah satu keluarga korban Kanjuruhan Disaster 2, atas nama Daffa Fakhruddin Wijaya, mengaku ikhlas. Namun, sang bapak, Andik Wijaya tetap mendukung langkah usut tuntas yang digaungkan Aremania untuk kasus ini.

Andik mengaku tidak akan menuntut secara hukum atas kematian anak pertamanya itu. Sebab, pria berusia 42 tahun itu menilai kematian itu sebagai musibah dan sudah takdir.

“Saya didampingi LBH (Lembaga Bantuan Hukum). Kalau saya pribadi tidak akan menuntut, tapi terserah kalau mau lanjut proses usut tuntas. Silakan saja. Saya pribadi tidak akan menuntut secara hukum, agar putra saya bisa tenang di sana. Intinya, kami ingin ada perbaikan,” kata Andik.

Menurutnya, enam tersangka yang sudah ditetapkan oleh penyidik Polri belum cukup menjadi pihak yang bertanggung jawab atas tragedi ini. Baginya, masih ada pihak lainnya yang harus diadili.

“Menurut saya ada lagi yang harus bertanggung jawab. Saat ini, semua saling lempar tanggung jawab, cuci tangan semua. PSSI, Indosiar (pemegang hak siar) yang menetapkan jam tayangnya malam. Kalau Panpel Arema saya rasa tidak. Usut tuntas itu pasti. Revolusi PSSI. Sampai kapan akan seperti ini terus?” imbuhnya.

Keluarga Korban Kanjuruhan Disaster 2 Tak Berkenan Jenazah Daffa Diautopsi

Andik menegaskan akan mendukung langkah mencari keadilan dengan tagline usut tuntas tersebut. Hanya saja, pihak keluarga besarnya tidak berkenan kalau jenazah Daffa diautopsi.

Bisa jadi, proses autopsi menjadi salah satu solusi untuk penegakan keadilan. Salah satu tujuannya mencari tahu penyebab kematian mayoritas korban benar karena gas air mata atau yang lainnya.

Pria yang tinggal di Kiduldalem, Klojen, Kota Malang itu membeberkan pada jasad putranya ketika disucikan terlihat ada bekas iritasi pada pahanya. Iritasi itu diduga terkena efek proyektil gas air mata.

“Selain itu, tulang pipinya lebam, mungkin terinjak-injak, bukan karena dipukul. Saya yakin Daffa tidak mungkin berani ikut rusuh. Kata temannya, dia sudah akan turun dan keluar dari tribune, lalu kena gas air mata. Dia balik naik lagi,” tambahnya.

“Kalau autopsi dan sebagainya, saya tidak mau. Kalau ada polisi minta pun, saya tidak mau. Tapi, kalau usut tuntas, saya persilakan.”

Masih Ada Trauma di Keluarga Daffa

Andik menyebut, masih ada rasa traumanya sebagai orang tua. Apalagi, adik almarhum, Devan Khoirudin Wijaya yang kini berusia 10 tahun juga menggemari Arema.

Menurutnya, Daffa yang berusia 15 tahun di malam naas itu pergi nonton Arema bersama temannya. Kebetulan temannya selamat, dan berusaha mencari Daffa saat tragedi itu terjadi.

“Katanya, temannya sudah keluar, tapi dipukuli, sehingga dia masuk ke stadion lagi dan mencari Daffa (di tribune). Tapi, akhirnya Daffa ketemu di Rumah Sakit Teja Husada,” tambahnya.

Menurutnya, Daffa ini punya rekam jejak sering nonton Arema secara langsung di stadion, terutama di laga-laga pilihan. Setiap nonton Arema di Stadion Kanjuruhan selalu menempati tribune selatan bersama Curva Sud.

“Kalau saya dulu biasanya di tribune utara, tapi terakhir tahun 2012 lalu. Adiknya yang berusia 4 tahun dan ibunya trauma, kalau saya tidak. Menurut saya, ini sudah takdir,” pungkasnya.

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya